CahsGoper.com

14 Feb 2012

DKI Jakarta Waspada terhadap Flu Singapura

Kasus flu Singapura yang mencuat di Kota Depok, Jawa Barat, juga menjadi perhatian serius Pemprov DKI Jakarta. Sebagai langkah antisipasi terhadap penyakit tersebut, seluruh puskesmas di DKI diminta siaga dan agar meningkatkan surveilans penyebaran virus flu Singapura sehingga dapat mendeteksi sedini mungkin dan mencegah perluasan virus tersebut di DKI Jakarta.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dien Emmawati, menegaskan sampai saat ini, pihaknya belum menemukan warga Jakarta yang terkena virus enterovirus atau flu Singapura. Biasanya, virus ini hanya menyerang anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun dengan penyebaran penularan cukup cepat.
Kendati belum ada kasus flu Singapura di DKI, Dinas Kesehatan tetap melakukan tindakan pencegahan penyebaran virus tersebut. Sebab, cukup banyak warga Depok yang bersekolah SD di DKI. Sehingga memungkinkan terjadinya penularan virus dari anak-anak tersebut.

Saat ini, Dinas Kesehatan DKI sudah mengumpulkan seluruh kepala puskemas dari 295 puskesmas kelurahan dan 44 puskesmas kecamatan dan tim surveilans penyakit menular di seluruh wilayah. Mereka diberikan instruksi untuk mengaktifkan terus deteksi penyakit menular khususnya penyakit Flu Singapura atau yang lebih dikenal dengan Penyakit Tangan Kaki Mulut (PTKM).

Selain diminta siap siaga menangani flu Singapura, tim surveilans puskesmas di masing-masing wilayah juga diminta langsung turun ke tempat tinggal pasien untuk melakukan pembersihan dengan antiseptik.

Puskesmas bersama suku dinas kesehatan juga harus melakukan penyuluhan ke SD-SD di wilayahnya. Karena virus ini selalu menyerang anak-anak. Jika ditemukan siswa yang terkena PTKM, anak itu harus diliburkan. Kemudian sekolah harus dibersihkan dengan antiseptik untuk mencegah penularan virus ke siswa yang lain,” ujarnya, Senin (13/2).

Dien juga meminta, jika masyarakat menemukan adanya kasus flu Singapura di pemukimannya, agar segera lapor ke puskesmas terdekat. Sehingga bisa ditindaklanjuti tim surveilans puskesmas dengan menangani langsung pasien serta melakukan pembersihan lingkungan sekitar.

“Pokoknya, kita lakukan deteksi seawal mungkin untuk mencegah penularan virus enterovirus. Meski virus ini tidak mematikan, namun penularannya sangat cepat. Pengobatannya pun cukup mudah, yaitu dengan obat panas, antibiotik dan antiseptik. Obat-obatan untuk penyakit ini sudah ada di puskemas. Jadi jangan takut,” tegasnya.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan perkembangan penyakit HFMD (Hand Foot Mouth Disease) atau Penyakit Tangan Kaki Mulut (PTKM) atau flu Singapura, telah terjadi di kota Depok. Berdasarkan informasi per 10 Februari 2012, yaitu ditemukan peningkatan kasus suspek HFMD di Kecamatan Bojong Sari yang tersebar di 4 Kelurahan yakni Kelurahan Curug, Serua, Pondokpetir dan Bojongsari Baru yang berjumlah 34 kasus. Kasus terjadi pada anak usia 4 bulan-72 bulan dan kasus yang terbanyak pada usia 18 bulan 36 bulan, masing-masing sebanyak 3 orang.

Untuk mencegah penularan ke daerah tetangga, Tjandra merekomendasikan puskesmas agar selalu melakukan pemantauan kasus sampai 2 kali masa inkubasi terpanjang dari kasus yang terakhir muncul atau sekitar 12 hari. Selain itu, masyarakat juga diimbau selalu menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Flu Singapura cukup sering ditemui pada anak dan bayi dengan masa inkubasi 3-7 hari. Penyakit ini ditandai dengan demam, rash dan blister di telapak kaki, tangan dan mukosa mulut, tidak nafsu makan, malaise dan nyeri tenggorokan. Satu-dua hari setelah demam timbul keluhan nyeri di mulut dimulai dari blister sampai kemudian dapat menjadi mucus. Lesi dapat terjadi di lidah, gusi dan bagian dalam mulut lain.

Tjandra menambahkan, penyakit ini tidak berat dan pengobatan hanya suportif serta akan sembuh dalam 7-10 hari. Penyebab HFMD adalah enterovirus secara umum, termasuk coxsackievirus A16, EV 71 dan echovirus. Pada kejadian ini sangat jarang, HFMD akibat EV 71 juga dapat menyebabkan meningitis dan bahkan encephalitis, seperi terjadi outbreak HFMD di Malaysia 1997 dan Taiwan 1998. Infeksi EV 71 dapat bermula dari saluran cerna yang kemudian sistemik dan menimbulkan gangguan neurologik. Sementara itu, HFMD akibat coxsackievirus A16 juga dapat menyebabkan meningitis.(www.beritajakarta.com)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls